PENGKAJIAN
I. Biodata
Berisi biodata tentang data klien dan biodata penanggung jawab
II. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Tuberculosis sering dijuluki the great imitator, yaitu suatu penyakit yang mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah klien gejala yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan bahkan kadang-kadang asimptomatik. Keluhan yang sering menyebabkan klien dengan TB paru meminta pertolongan dari tim kesehatan dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu Keluhan respiratoris, meliputi :
Tuberculosis sering dijuluki the great imitator, yaitu suatu penyakit yang mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah klien gejala yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan bahkan kadang-kadang asimptomatik. Keluhan yang sering menyebabkan klien dengan TB paru meminta pertolongan dari tim kesehatan dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu Keluhan respiratoris, meliputi :
1.Batuk : Keluhan batuk, timbul paling awal dan merupakan gangguan yang paling sering dikeluhkan. Perawat harus menanyakan apakah keluhan batuk bersifat non produktif / produktif / sputum bercampur darah.
2. Batuk darah : Keluhan batuk darah pada klien dengan TB paru selalu menjadi alasan utama untuk meminta pertolongan kesehatan.Hal ini disebabkan rasa takut klien pada darah yang keluar dari jalan nafas.Perawat harus menanyakan seberapa banyak darah yang keluar atau hanya berupa blood streak, berupa garis, atau bercak-bercak darah.
3.Sesak napas : Keluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-hal
4. Nyeri dada : Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik ringan. Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena TB
Keluhan sistemis, meliputi :
1.Demam : Keluhan yang sering dijumpai dan biasanya timbul pada sore atau malam hari mirip demam influenza, hilang timbul dan semakin lama semakin panjang serangannya, sedangkan masa bebas serangan semakin pendek.
Keluhan sistemis lain
Keluhan yang biasa timbul ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan, dan malaise. Timbulnya keluhan biasanya bersifat gradual muncul dalam beberapa minggu-bulan. Akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, dan sesak napas-walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia.
2. Riwayat penyakit saat ini
Pengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan utama. Lakukan pertanyaan yang bersifat ringkas sehingga jawaban yang diberikan klien hanya kata “Ya atau Tidak” atau hanya dengan anggukan dan gelengan kepala. Apabila keluhan utama adalah batuk, maka perawat harus menanyakan sudah berapa lama keluhan batuk muncul (onset). Pada klien dengan pneumonia, keluhan batuk biasanya timbul mendadak dan tidak berkurang setelah meminum obat batuk yang biasa dan dipasaran.
Keluhan batuk timbul paling awal dan merupakan gangguan yang paling sering dikeluhkan, mula-mula nonproduktif kemudian berdahak bahkan bercampur darah bila sudah terjadi kerusakan jaringan. Batuk akan timbul apabila proses penyakit telah melibatkan bronkhus, dimana terjadi iritasi bronkhus selanjutnya akibat adanya peradangan pada bronkhus, batuk akan menjadi produktif yang berguna untuk membuang produk ekskresi peradangan dengan sputum yang bersifat mukoid atau purulen.
Klien TB paru sering menderita batuk darah. Adanya batuk darah menimbulkan kecemasan pada diri klien karena batuk darah sering dianggap sebagai suatu tanda dari beratnya penyakit yang diidapnya. Kondisi seperti ini seharusnya tidak terjadi jika perawat memberikan pelayanan keperawatan yang baik pada klien dengan memberi penjelasan tentang kondisi yang sedang terjadi pada dirinya.
Jika keluhan utama atau yang menjadi alasan klien meminta pertolongan kesehatan adalah sesak napas, maka perawata perlu mengarahkan atau menegaskan pertanyaan untuk membedakan antara sesak napas yang disebabkan oleh gangguan pada sistem pernapasan dan sistem kardiovaskular.
Sesak napas yang disebabkan oleh tb paru, biasanya akan ditemukan gejala jika tingkat kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-hal yang menyertainya seperti efusi pleura, pneumothoraks, anemia, dan lain-lain. Agar memudahkan perawat mengkaji keluhan sesak napas, maka dapat dibedakan sesuai tingkat klasifikasi sesak.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah sebelumnya klien pernah menderita TB paru, keluhan batuk lama pada masa kecil, tuberkulosis dari organ lain, pembesaran getah bening, dan penyakit lain yang memperberat TB paru seperti diabetes melitus.
Tanyakan mengenai obat-obat yang biasa diminum oleh klien pada masa yang lalu masih relevan, obat-obat ini meliputi obat OAT dan antitusif. Catat adanya efek samping yang terjadi dimasa lalu. Adanya alergi obat juga harus ditanyakan serta reaksi alergi yang timbul. Sering kali klien mengacaykan suatu alergi dengan efek samping obat. Kaji lebih dalam tentang seberapa jauh penurunan berat badan (BB) dalam enam bulan terakhir. Penurunan BB pada klien dengan TB paru berhubungan erat dengan proses penyembuhan penyakit serta adanya anoreksia dan mual yang sering disebabkan karena meminum OAT.
4. Riwayat penyakit keluarga
Secara patologi TB paru tidak diturunkan, tetapi perawat perlu menanyakan apakah penyakit ini pernah dialami oleh anggota keluarga lainnya sebagai faktor predisposisi penularan di dalam rumah.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum dan Tanda-Tanda Vital.Keadaan umum pada klien dengan TB paru dapat dilakukan secara selintas padang dengan menilai keadaan fisik tiap bagian tubuh. Selain itu,perlu dinilai secara umum tentang kesadaran klien yang terdiri atas compos mentis, apatis, samnolen, sopor, soporokoma, atau koma. Seorang perawt perlu mempunyai pengalaman dan pengetahuan tentang konsep anatomi fisiologi umum sehingga dengan cepat dapat menilai keadaan umum, kesadaran dan pengukuran GCS bila kesadaran klien menurun yang memerlukan kecepatan dan ketepatan penilaian.
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien dengan TB paru biasanya didapatkan peningkatan suhu tubuh secara signifikan, frekuensi napas meningkat apabila disertai sesak napas, denyut nadi biasanya meningkat seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernapasan, dan tekanan darah biasanya sesuai dengan adanya penyakit penyulit seperti hipertensi.
IV. PENGKAJIAN PSIKO-SOSIO-SPIRITUAL
Pengkajian psikologis klien meliputi beberapa dimensi yang memungkinkn perawat untuk memperoleh presepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif, dan perilaku klien. Perawat mengumpulkan data hasil pemeriksaan klien tentang kapasitan fisik dan intelektual saat ini. Data ini penting untuk menentukan tigkat perlunya pengkajian psiko-sosio-spiritual yang saksama. Pada kondisi klinis, klien dengan TB paru sering mengalami kecemasan bertingkat sesuai dengan keluhan yang dialaminya.
Perawat juga perlu menanyakan kondisi pemukiman klien bertempat tinggal. Hal ini penting mengungat TB paru sangat rentan dialami oleh mereka yang bertempat tinggal di pemukiman padat dan kumuh karena populasi bakteri TB paru lebih mudah hidup di tempat yang kumuh dengan pentilasi dan pencahayaan sinar mathari yang kurang.
TB paru merupakan penyakit yang pada umumnya menyerang masyarakat miskin karena tidak sanggup meningkatkan daya tahan tubuh non spesifik dan mengkonsumsi makanan kurang bergizi. Selain itu, juga karena ketidak sanggupan membeli obat, ditambah lagi kemiskinan membuat individu nya diharuskan bekerja secara fisik sehingga memprsulit penyembuhan penyakitnya.
Klien TB paru kebanyakan berpendidikan rendah, akibatnya mereka sering kali tidak menyadari bahwa penyembuhan penyakit dan kesehatan merupakan hal yang penting. Pendidikan yang rendah sering kali menyebabkan seseorang tidak dapat meningkatkan kemampuannya untuk mencapai taraf hidup yang baik. Padahal, taraf hidup yang baik amat dibutuhkan untuk penjagaan kesehatan umumnya dan dalam menghadapi infeksi.
V. DATA DASAR PENGKAJIAN PASIEN
Data tergantung pada tahap penyakit dan derajat yang terkena.
AKTIFITAS/ ISTIRAHAT
Gejala : - Kelelahan umum dan kelemahan
- Nafas pendek karena kerja
- Kesulitan tidur pada malam atau demam malam
- Hari, menggigil, dan / berkeringat.
- Mimpi buruk
Tanda : - Takikardia, Takipnea/ dispnea pada keja
- Kelelahan otot, nyeri, dan sesak (tahap lanjut)
INTEGRITAS EGO
Gejala : - Adanya /faktor stres lama
- Masalah keuangan, rumah
- Perasaan tak berdaya/ tak ada harapan
- Populasi budaya/ etnik : amerika asli atau, Imigran dari amerika tengah, asia Tanda : - Menyangkal (khususnya selama tahap dini)
- Ansietas, ketakutan, mudah terangsang.
MAKANAN / CAIRAN
Gejala : - Kehilangan nafsu makan
- Tak dapat mencerna
- Penurunan berat badan
Tanda : - Turgor kulit buruk, kering / kulit bersisik
- Kehilangan otot / hilang lemak subkutan
NYERI /KENYAMANAN
Gejala : - Nyeri dada meningkat karena batuk berulang
Tanda : - Berhati-hati pada area yang sakit
- Perilaku distraksi, gelisah
PERNAFASAN
Gejala : - Batuk, produktif / tak produktif
- Nafas pendek
Tanda : - Peningkatan frekuensi pernafasan (penyakit
- Luas / fibrosis parenkin paru dan pleura)
- Pengembangan pernafasan tak simetri (efusi pleura)
- Perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan
- Pleura / penebalan pleural). Bunyi nafas :menurun/
Tak ada secara bilateral / unilateral. (efusi pleural/
Pneumotoraks). Bunyi nafas tubuler dan / bisikan
pektoral diatas lesi luas. Krekels tercatat diatas
- Aspek paru selama inspirasi cepat setelah batuk
- Pendek ( krekels postusik)
- Karakteristik sputum : Hijau/purulen, mukoid
- Kuning, / bercak darah
- Deviasi trakeal (penyebab bronkogenik)
- Tak perhatian , mudah terangsang yang nyata,
- Perubahan mental ( tahap lanjut)
KEAMANAN
Gejala : - Adanya kondisi penekanan imun,contoh AIDS, Kanker.Tes HIV positif.
Tanda : - Demam rendah atau sakit panas akut.
INTERAKSI SOSIAL
Gejala : - Perasaan isolasi /penolakan karena penyakit menular. Perubaahan pola biasa dalam
tanggung jawab kapasitas fisik untuk melakanakan peran.
PENYULUHAN/PEMBELAJARAN
Gejala : - Riwayat keluarga TB
- Ketidakmampuan umum/status kesehatan buruk
- Gagal untuk membaik/kambuhnya TB.
- Tidak berpartisipasi dengan terapi.
Pertimbangan : DRG menujukan rerata lama dirawat : 6,6 hari
Rencana Pemulangan : Memerlukan bantuan dengan/gangguan dalam terapi obat dan bantuan perawatan diri dan pemeliharaan rumah.
VI. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan sekresi mukus yang kental, hemoptitis, kelemahan, upaya batuk buruk dan edema trakheal/faringeal. Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura Resiko tinggi ganguan pertukaran gas yang berhubungan dengan penurunan jaringan efekftif paru,atelektasis,kerusakan membran alveolar-kapiler,dan edema bronkial
Perubahan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan keletihan, anoreksia, dispnea, peningkatan metabolisme tubuh Cemas yang berhubungan dengan adanya ancaman kematian yang dibayangkan ( ketidakmampuan untuk bernapas) dan prognosis penyakit yang belum jelas
Kurang informasi dan pengetahuan mengenai kondisi ,aturan pengobatan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan penatalaksanaan perawatan di rumah.Infeksi,resiko tinggi,(penyebaran/aktifasi ulang) berhubungan dengan kerusakan jaringan/tambahan infeksi.
VII.PERENCANAAN DAN INTERVENSI
Diagnosa pertama
Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan sekresi mukus yang kental, hemoptitis, kelemahan, upaya batuk buruk dan edema trakheal/faringeal Tujuan : Kebersihan jalan nafas kembali efektif
Kriteria evaluasi :
-klien dapat melakukan batuk efekti
-pernafasan klien normal (16-20) tanpa penggunaan alat bantu nafas.Bunyi nafas normal
Rencana intervensi Rasional
Mandiri
Kaji fungsi pernapsan (bunyi napas, kecepatan, irama, kedalaman, dan penggunaan otot bantu napas) Penurunan bunyi napas menunjukkan atelektasis, ronkhi menunjukkan akumulasi sekret dan ketidakefelaktifan pengeluaran sekresi yang selanjutnya dapat menimbulkan penggunaan otot bantu napas dan peningkatan kerja pernapsan.Kaji kemampuan mengeluarkan sekresi, catat karakter, volume sputum, dan adanya hemoptisis Pengeluaran akan sulit bila sekret sangat kental (efek infeksi dan hidrasi yang tidak adekuat). Sputum berdarah bila ada kerusakan (kavitasi) paru atau luka bronkhial dan memerlukan intervensi lebih lanjut.
Berikan posisi fowler/semifowler tinggi dan bantu klien berlatih napas dalam dan batuk efektif Posisi fowler memasksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya napas. Ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan meningkatkan gerakan sekret ke jalan napas besar untuk dikeluarkan. Pertahankan intake cairan sedikitnya 2500ml/hari kecuali tidak diindikasikan Hidrasi yang adekuat membantu mengecerkan sekret dan mengefektifkan pembersihan jalan napas
Bersihkan sekret dari mulut dan trakhea, bila perlu lakukan pengisapan (suction) Mencegah obstruksi dan aspirasi. Pengisapan diperlukan bila klien tidak mampu mengeluarkan secret. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi OAT Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri atas obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin, INH, Pirazinamid, Strptomisin, dan Etambutol
Agen mukolitik Agen mukolitik menurunkan kekentalan dan perlengketan sekret paru untuk memudahkan pembersihan. Bronkodilator meningkatkan diameter percabangan trakeobronkhial sehingga menurunkan tahanan terhadap aliran udara.Kortikosteroid Kortikosteroid berguna untuk keterlibatan luas pada hipoksemia dan bila reaksi inflamasi mengancam kehidupan
Diagnosa kedua
Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura
Tujuan : pola nafas kembali efektif
Kriteria evaluasi :
Klien mampu melakukan batuk efektif. Irama,frekuensi,dan kedalaman pernafasan berada pada batas normal,pada pemeriksaan Rontgen dada tidak ditemukan adanya akumulasi cairan,dan bunyi nafas terdengar jelas.
Rencana Intervensi Rasional
Identifikasi faktor penyebab. Dengan mengindentifikasikan penyebab, kita dapat menentukan jenis efusi pleura sehingga dapat mengambil tindakan yang tepat
Kaji fungsi pernapasan, catat kecepatan pernapasan, dispnea, sianosis, dan perubahan tanda vital Distres pernapasan dan perubahan tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stres fisiologis dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syok akibat hipoksia
Berikan posisi fowler/semifowler tinggi dan miring pada sisi yang sakit, bantu klien latihan napas dalam dan batuk efektif Posisi fowler memasksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya napas. Ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan meningkatkan gerakan sekret ke jalan napas besar untuk dikeluarkan
Auskultasi bunyi napas. Bunyi napas dapat menurun/tak ada pada area kolaps yang meliputi satu lobus, segmen paru, atau seluruh area paru (unilateral)
Kaji pengembangan dada dan posisi trachea.Ekspandi paru menurun pada area kolaps. Deviasi trakhea ke arah sisi yang sehat pada tension pneumothoraks
Kolaborasi untuk tindakan thorakosentesis atau kalau perlu WSD Bertujuan sebagai evakuasi cairan atau udara dan memudahkan ekpansi paru secara maksimal
Bila dipasang WSD ; periksa pengontrol pengisap dan jumlah isapan yang benar Mempertahankan tekanan negatif intrapleural yang meningkatkan ekspansi paru optium Periksa batas cairan pada botol pengisap dan pertahankan pada batas yang ditentukan Air dalam botol penampung berfungsi sebagai sekat yang mencegah udara atmosfer masuk kedalam pleura
Observasi gelembung udara dalam botol penampung.Gelembung udara selama ekspirasi menunjukkan keluarnya udara dari pleura sesuai dengan yang diharapkan. Gelembung biasanya menurun seiring dengan bertambahnya ekspansi paru. Tidak adanya gelembung udara dapat menunjukkan bahwa ekspansi paru sudah optimal atau tersumbatnya selang drainase
Setelah WSD dilepas, tutup sisi labung masuk dengan kassa steril dan observasi tanda yang dapat menunjukkan berulangnya pneumothoraks seperti napas pendek, keluhan nyeri.Deteksi dini terjadinya komplikasi penting seperti berulangnya pneumothoraks
Diagnosa ketiga
Resiko tinggi ganguan pertukaran gas yang berhubungan dengan penurunan jaringan efekftif paru,atelektasis,kerusakan membran alveolar-kapiler,dan edema bronkial
Tujuan : gangguan pertukaran gas tidak terjadi
Kriteria evaluasi :
Melaporkan adanya/penurunan dipsnea
Klien menunjukkan tidak ada gejala distres pernafasan.
Menunjukkan perbaikan Ventilasi dan kadar oksigen jaringan adekuat dengan gas darah arteri dalam rentan normal.
Rencana intervensi Rasional
Mandiri
Kaji dispnea, takipnea, bunyi napas, peningkatan upaya pernapasan, ekspansi thoraks, dan kelemahan.TB paru mengakibatkan efek luas pada paru dari bagian kecil bronkhopneumonia sampai inflamasi difus yang luas, nekrosis, efusi pleura, dan fibrosis yang luas. Efeknya terhadap pernapasan bervariasi dari gejala ringan, dispnea berat, sampai distres pernapasan
Evaluasi perubahan tingkat kesadaran, catat sianosis, dan perubahan warna kulit, termasuk membran mukosa dan kuku Akumulasi sekret dan berkurangnya jaringan paru yang sehat dapat mengganggu oksigenasi organ vital dan jaringan tubuh
Tunjukan dan dukung pernapasan bibir selama ekspirasi khususnya untuk klien dengan fibrosis dan kerusakan parenkim paru membuat tahanan melawan udara luar untuk mencegah kolaps/penyempitan jalan napas sehingga membantu menyebarkan udara melalui paru dan mengurangi napas pendek
Tingkatkan tirah baring, batasi aktivitas, dan bantu kebutuhan perawatan diri sehari-hari sesuai keadaan klien.Menurunkan konsumsi oksigen selama periode penurunan pernapasan dan dapat menurunkan beratnya gejala
Kolaborasi tirah baring, batasi aktivitas, dan bantu kebutuhan perawatan diri sehari-hari sesuai keadaan klien.Menurunkan konsumsi oksigen selama periode penurunan pernapasan dan dapat menurunkan beratnya gejala
Kolaborasi pemeriksaan AGD. Penurunan kadar 02 (P02) dan atau saturasi dan peningkatan PC02 menunjukkan kebutuhan untuk intervensi atau perubahan program terapi.
Pemberian oksigen sesuai kebutuhan tambahan.Terapi oksigen dapat mengoreksi hipoksemia yang terjadi akibat penurunan ventilasi atau menurunnya permukaan alveolar paru. Kortikosteroid berguna dengan keterlibatan luas pada hipoksemia dan bila reaksi inflamasi mengancam kehidupan
Diganosa keempat
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan keletihan, anoreksia, dispnea, peningkatan metabolisme tubuh
Tujuan : intake nutrisi klien terpenuhi
Kriteria evaluasi :
Klien dapat mempertahankan status gizinya dari yang semula kurang menjadi adekuat.Pernyataan motifasi kuta untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya
Rencana intervensi Rasional
Kaji status nutrisi klien, turgor kulit, berat badan, derajat penurunan berat badan, integritas mukosa oral, kemampuan menelan, riwayat mual atau muntah dan diare Memvalidasi dan menetapkan derajat masalah untuk menetapkan pilihan intervensi yang tepat
Fasilitasi klien untuk memperoleh diet biasa yang disukai klien (sesuai indikasi) Memperhitungkan keinginan individu dapat memperbaiki intake gizi
Pantau intake dan output, timbang berat badan secara periodik (sekali seminggu) Berguna dalam mengukur keefektifan intake gizi dan dukungan cairan
Lakukan dan ajarkan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan serta sebelum dan sesudah intervensi atau pemeriksaan per-oral Menurunkan rasa tak enak karena sisa makanan, sisa sputum atau obat pada pengobatan sistem pernapasan yang dapat merangsang pusat muntah
Fasilitas pemberian diet TKTP, berikan dalam porsi kecil tapi sering. Memaksimalkan intake nutrisi tanpa kelelahan dan energi besar serta menurunkan iritasi saluran cerna
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetapkan komposisi dan jenis diet yang tepat Merencanakan diet dengan kandungan gizi yang cukup untuk memenuhi peningkatan kebutuhan energi dan kalori sehubungan dengan status hipermetabolik klien
Kolarborasi untuk pemeriksaan laboratorium khususnya BUN, protein serum, dan albumin Menilai kemajuan terapi diet dan membantu perencanaan intervensi selanjutnya Kolaborasi untuk pemberian multivitamin. Multivitamin bertujuan untuk memenuhi kebutuhan vitamin yang tinggi sekunder dari peningkatan laju metabolisme umum
Diagnosa kelima
Cemas yang berhubungan dengan adanya ancaman kematian yang dibayangkan ( ketidakmampuan untuk bernapas) dan prognosis penyakit yang belum jelas
Tujuan : klien mampu memahami dan menerima keadaanya sehingga tidak terjadi kecemasan
Kriteria evaluasi :
Klien terlihat mampu bernafas secara normal dan mampu beradaptasi dengan keadaanya.Respon non verbal klien tampak lebih rileks dan santai.
Rencana intervensi Rasional
Bantu dalam mengidentifikasi sumber koping yang ada. Pemanfaatan sumber koping yang ada secara konstruktif sangat bermanfaat dalam mengatasi stress
Ajarkan teknik relaksasi. Mengurangi ketegangan otot dan kecemasan
Pertahankan hubungan saling percaya antara perawat dan klien. Hubungan saling percaya membantu memperlancar proses terapeutik
Kaji faktor yang menyebabkan timbulnya rasa cemas. Tindakan yang tepat diperlukan dalam mengatasi masalah yang dihadapi klien dan membangun kepercayaan dalam mengurangi kecemasan
Bantu klien mengenali dan mengakui rasa cemasnya. Rasa cemas merupakan efek emosi sehingga apabila sudah terindentifikasi dengan baik, maka perasaan yang mengganggu dapat diketahui
Diagnosa keenam
Kurang informasi dan pengetahuan mengenai kondisi ,aturan pengobatan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan penatalaksanaan perawatan di rumah.
Tujuan : klien mampu melaksanakan apa yang telah diinformasikan
Kriteria evaluasi :
klien terlihat mengalami penurunan potensi penularan penyakit yang ditunjukkan oleh kegagalan kontak klien.
Rencana intervensi Rasional
Kaji kemampuan klien untuk mengikuti pembelajaran (tingkat kecemasan, kelelahan umum, pengetahuan klien sebelumnya, dan suasana yang tepat) Keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik, emosional, dan lingkungan kondusif
Jelaskan tentang dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang diharapkan, dan alasan mengapa pengobatan TB berlangsung dalam waktu lama. Meningkatkan partisipasi klien dalam program pengobatan dan mencegah putus obat karena membaiknya kondisi fisik klien sebelum jadwal terapi selesai
Ajarkan dan nilai kemampuan klien untuk mengidentifikasi gejala atau tanda reaktivasi penyakit (hemoptisis, demam, nyeri dada, kesulitan bernapas, kehilangan pendengaran, dan vertigo) Dapat menunjukkan pengaktifan ulang proses penyakit dan efek obat yang memerlukan evaluasi lanjut
Tekanan pentingnya mempertahankan intake nutrisi yang mengandung protein dan kalori yang tinggi serta intake cairan yang cukup setiap hari Diet TKTP dan cairan yang adekuat memenuhi peningkatan kebutuhan metabolik tubuh. Pendidikan kesehatan tentang hal itu akan meningkatkan kemandirian klien dalam perawatan penyakitnya.
Diagnosa ketujuh
Infeksi,resiko tinggi,(penyebaran/aktifasi ulang) berhubungan dengan kerusakan jaringan/tambahan infeksi
Tujuan : infeksi karena jaringan/tambahan infeksi dapat teratasi
Kriteria evaluasi :
mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko penyebaran infeksi
menunjukkan teknik/melakukan pola hidup untu meningkatkan lingkungan yang aman
Rencana intervensi Rasional
Kaji patologi penyakit ( aktif/fase tak aktif : diseminasi infeksi melalui bronkus untuk membatasi jaringan atau melalui alian darah/sistem limfatik) dan potensial penyebaran infeksi melalui droplet udara selama batuk,bersin,meludah,bicara,tertawa,menyanyi. Membantu pasien menyadari/menerima perlunya mematuhi program pengobatan untuk mencegah pengaktifan berulang/komplikasi.Pemahaman bagaimana penyakit disebarkan dan kesadaran kemungkinan transmisi membantu pasien/orang terdekat untuk mengambil langkah untuk mencegah infeksi ke orang lain.
Identifikasi orang lain yang berisiko ,contoh anggota rumah,sahabat karib/teman. Orang-orang yang terpajang ini perlu program terapi obat untuk mencegah penyebaran/terjadinya infeksi.
Anjurkan pasien untuk batuk/bersin dan mengeluarkan pada tissue dan menghindari meludah..kaji pembuangan tissue sekali pakai dan tehnik mencuci tangan yang tepat.dorong untuk mengulangi demontrasi. Perilaku yang diperlukan untuk mencegah penyebaran infeksi.
Kaji tindakan kontrol infeksi sementara,contoh masker atau isolasi pernafasan. Dapat membantu menurunkan rasa terisolasi pasien dan membuang stigma sosial sehubungan dengan penyakit menular.
Awasi suhu sesuai indikasi . Reaksi demam indikator adanya infeksi lanjut.
Identifikasi faktor resiko individu terhadap pengaktifan berulang tuberculosis,contoh tahanan bawah (lkoholisme,mal nutrisi/bedah bypass intestinal): gunakan obat penekan imun/kortikostreroid;adanya diabetes melitus,kanker,kalium. Pengetahuan tentang faktor ini mebantu pasien untuk mengubah pola hidup dan menghindari/menurunkan insiden eksaserbasi.
Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat Periode singkat berakhir 2 s/d 3 hari setelah kemoterapi awal,tetapi pada adanya rongga atau penyakit luas sedang,resikopenyebaran infeksi dapat berlanjut sampai 3 bulan.
Kaji pentingnya mengikuti dan kultur ulang secara periodik terhadap sputum untuk lamanya terapi. Alat dalam pengawsan efek dan keefektifan obat dan respons pasien terhadap terapi.
Dorong memilih/mencerna makanan seimbang.berikan makan sering kecil makanan kecil pada jumlah makanan besar yang tepat. Adanya anoreksia/mal nutrisi sebelumnya merendahkan tahanan terhadap proses infeksi dan mengganggu penyembuhan.makan kecil dapat meningkatkan pemasukan semua.
Kolaborasi
Pirazinamida (PZA/aldinamide),para-amino salicic (PAS),silokserin(seromicin),streptomicin(strisin). Ini obat sekunder diperlukan bila infeksi resistens terhadap/tidak toleran obat primer.
Awasi pemeriksaan laboraturium,contoh hasil usap sputum. Pasien yang mengalami 3 usapan negatif (memerlukan 3 s/d 5 bulan),perlu mentaati program obat,dan asimptomatik akan diklasifikasikan tak menyebar.